Mengukur Gaji

Soal rezeki memang misteri. Tidak jarang yang merasa sulit memahaminya. Ada yang tampak berkecukupan, padahal tidak. Ada yang tampak susah, padahal berlimpah. 

Ada orang bijak. Didatangi seorang pegawai. Mengadu. Menyampaikan keadaan dirinya yang begitu susah. Serba merasa kekurangan. Kebutuhan keluarganya selalu tidak terpenuhi.

Orang bijak itu bertanya, "Gajimu berapa?"

"Lima juta per bulan."

"Bilang ke bosmu, mintalah pengurangan gaji."

Dalam hati pegawai itu, bagaimana ini. Lima juta saja masih kurang. Kok malah disuruh minta dikurangi. Tapi karena dia percaya betul kepada orang bijak itu, dia tetap manut saja.

Sebulan berlalu, gajinya jadi empat juta. Namun rasanya tetap sulit. Kebutuhan keluarga belum juga tercukupi. Masih saja ada yang kurang. Dia berangkat lagi ke orang bijak itu. Mengadu lagi. Tentang kondisi yang dia hadapi.

"Mintalah ke bosmu, kurangi lagi gajimu."

Gajinya turun. Jadi tiga juta per bulan. 

Sebulan berlalu. Kemudian dia berangkat lagi ke orang bijak itu. Namun kali ini berbeda. Tidak berniat mengadu seperti sebelum-sebelumnya.

"Ada apa lagi kamu ke sini?", tanya orang bijak.

"Saya ingin berterima kasih."

"Maksudmu?"

"Gaji saya sekarang tiga juta. Tidak lima juta. Tapi entah bagaimana. Kebutuhan rumah tangga saya terpenuhi. Tidak merasa ada yang kurang sedikitpun."

Orang bijak melanjutkan, "Saat gajimu lima juta itu, memang banyak. Namun yang dua juta itu harta yang tidak bersih. Saat harta kotor itu mencampuri harta bersih, maka semua hartamu jadi kotor. Jadilah yang kamu rasakan itu: kebutuhanmu tidak tercukupi. Penuh masalah. Maka gajimu yang pas adalah tiga juta itu."

"Apakah itu yang disebut berkah?" 

"Benar, itulah berkah. Bukan banyaknya tapi rasanya."

"Kalau saya mau lima juta dan tetap berkah, bagaimana caranya?" 

"Jadi sebetulnya, kualitas kerjamu selama ini hanya pantas digaji tiga juta. Belum layak dapat lima juta. Kerjalah lebih keras dan lebih baik, agar layak dapat lima juta itu, dan berkah menyertaimu"

Keberlimpahan tanpa disertai kerja keras, apalagi tanpa kerja, hati-hatilah. Jangan sampai kehilangan berkahnya. Kemudian menghancurkan seluruhnya. 

*Photo by bady abbas on Unsplash